Tanjungpinang, ZonaKepri.com – Tak sudah rasanya menikmati beragam kopi yang disajikan Nusantara negeri berlimpah ruah dengan kekayaan rempah-rempah dan sajian makanan khas daerah di 35 Provinsi yang ada di Indonesia.
Namun, mungkin anda belum mengenal dengan nama Kopi Sekanak, kopi yang diangkat dari Tabib Kerajaan Kesultanan Riau-Lingga terdahulu ini adalah sebuah jenis Kopi rempah yang diracik untuk hidangan para kerajaan pada abad ke 20.
Beruntung kalimat yang tepat untuk Teja Alhabd, dia adalah peracik Kopi Sekanak itu, kopi yang disuguhkan dengan beragam aturan dan cara untuk menyeduhnya menjadi nikmat, terlebih ketika menyentuh bibir, meresap di lidah dan masuk kedalam kerongkongan, ada rasa berbeda di dalamnya, seprti jamu tapi rasa kopimya tak hilang.
Ketika itu ZonaKepri.com mendatangi kediaman Teja sekaligus kedai kopinya yang bernama Dapoer Malayoe, tepat di Jalan Sultam Mahmud, Kelurahan Tanjung Unggat, 20 Meter dari jalan masuk sebelah kiri.
Teja menceritakan sedikit tentang Kopi Sekanak dan ramuannya. Tepat 15 tahun lalu, pada tahun 2012, Teja mendapatkan resep dari Ridha Kaliamsi, salah satu Tokoh di Kabupaten Lingga, Kepri. Ridha memberikan warisan turun temurun resep Kopi Sekanak. Resep itu didapatkannya dari kitab warisan sejarah Tabib Kerajaan.
“Buatlah kopi di Tanjungpinang, cari namanya dalam kitab ini,” kata Teja menirukan ungkapan Ridha kala itu.
Berulang kali bahakan terus mencari nama kopi yang semula sudah diketahui racikannya itu namun nama masih diujung lidah. Akhirnya teja mendapatkan nam itu dalam kita Tabib kerajaan tersebut, yang kemudian diberi nama Kopi Sekanak.
“Kitab atau tulisan Tabib kerajaan itu bertulisan Arab Melayu dan saya baca satu persatu, bait perbait, pak Ridha yang suruh saya,” kata Teja saat menjamu saya di kedainya, 6 September 2016.
Teja pun menjelaskan isi dari kitab itu. Alkisah dituliskan Tabib, pada zaman dahulu seputaran hilir dan hulu perempatan daerah kekuasaan kerajaan Kesultanan Riau-Lingga terdapat arus air laut yang kuat, menerjang Kapal-kapal kerajaan dan sulit menempuhnya. “Selat itu dinamakan Sekanak,” katanya.
Pada kisah Sekanak, dipersimpangan atau bibir pantai dahulu kala ditanami banyak pohon kopi. “Jadi ketika kapal bersandar kopilah yang akan menjadi jamuan kerajaan, sumber rempah yang masih alami, dan kegemaran Raja saat itu,” ungkapnya.
Kopi Sekanak itu menjadi warisan kerajaan dan telah turun temurun kemasyarakat umum. Saat ini, kopi yang dicampur dengan beragam rempah itu memiliki nilai keistimewaan dan ciri khas tersendiri kata Teja.
“Ada tujuh rempah didalamnya, tidak termasuk kopi sebagai bahan dasarnya,” kata Teja menjelaskan apa Kopi Sekanak sebenarnya dalam kitab Tabib yang diberikan Ridha.
Kata Teja Alhabd, kopi Sekanak menggambarkan watak orang Melayu, maksud watak itu, dijelaskan Teja, orang Melayu kalau ditekan, dalam arti dimarah ataupun disakiti dia akan mengamuk. “Makanya jangan diteguk cepat, di sedu, pelan-pelan, kalau ditekan, beputar turun tiga tingkap,” katanya menggambarkan perlunya kesabaran.
Dalam penjelesan Sekanak, pada masa kerajaan Melayu dulu, kopi ini sudah tersedia di setiap rumah masyarakat dan di dalam Kerajaan.
“Kopi ini dikalangan kerajaan Melayu dulu sudah tersedia. Mereka sudah pandai buat sendiri, jadi tidak heran orang Melayu asli pasti tau Sekanak,” jelasnya.
Bahkan katanya, lahirnya Provinsi Kepulauan Riau dari secangkir kopi. “Perbincangan-perbincangan hebat itu lahir dari secangkir kopi, hingga menjadi Provinsi,” ungkapnya.
Kemudian saya kembali bertanya kepada beliau yang juga seorang sastrawan yang terkenal dengan sebutan Penyair Tarung. Apa saja bahan racikan kopi Sekanak itu, namun dirinya enggan menyebutkan, menurutnya ada racikan sepesial yang harus dinikmati para pelanggannya, sehingga Sekanak betul dirasa bukan sekedar coba-coba.
“Coba terjemahkan sendiri apa isi rempah rempah didalamnya, sedu pelan-pelan dan rasakan kentalnya, gurihnya dan pasti kau akan tau apa isi rempah-rempah itu,” ungkapnya.
Kata Teja, hanya ada satu orang yang tepat menebak isi racikan Kopi Sekanak buatannya, rasa dan isi yang ada didalamnya.
“Raja Ariza, dia adalah anak tokoh budayawan Melayu, dia yang tepat mengetahui apa saja racikan Sekanak, sebab keluarganya tau cara buat itu,” katanya.
Batang Buruk Lengkapi Kopi Sekanak
Tak lengkap rasanya Kopi Sekanak tanpa Batang Buruk. Makanan sejenis kue dari tepung dan kacang hijau ini selalu bersandingan dalam hidangan Kopi Sekanak. Tepat ditampan Kopi kue yang berselimut tepung Kekuning-kuningan itu berada di dalam gelas saya.
Teja menjelaskan apa itu Batang Buruk. Dahulu kala didalam sebuah acara majelis penambalan (Pelantikan) kerajaan, Batang Buruk adalah hidangan yang disajikan, dan katanya wajib dimakan sebelum adanya pelantikan itu berlangsung.
Batang Buruk berbentuk petak itu merupakan makanan istimewa, karena Batang Buruk bagi kerajaan pada masa itu makanan etika orang Melayu. Kata Teja ada penilaian saat siapapun ingin memakannnya.
“Kalau dia makan sambil ngomong, nyembur. Jadi, kalau mau makan, makanlah dulu, Jang bebual (Berbicara,red) selesaikan di meja makan, itu nilai adatnya,” kata teja.
Kenapa Batang Buruk adalah makan khas orang melayu, “Untuk menguji tingkah laku baik atau buruk dengan Batang Buruk inilah akan dilihat. Batang Buruk juga ciri dari watak orang melayu yang lebut dan rapuh dalm arti jika disakiti dia juga akan mudah tidak percaya , intinya adalah kepercayaan dan amanah yang dipegang dapam stiap ucapan, maka tak serapuh Batang Buruk,” kata Teja lagi.
Batang Buruk ini dibuat dari kacang hijau murni dengan bahan lainnya, seperti garam. Menurut sejarah Sebelum Sultan dilantik, katanya disuguhkan batang buruk ini, “Sebagai bahwa besok dia akan dilantik,” lagi kata Teja menurut sejarah Tabib.
Sebagai pelengkap Kopi Sekanak yang sedikit tajam dan kelat dilidah akan hilang setelah Batang Buruk ikut mengamankan rasa dilidah. “Sudah tentu Batang Buruk menjadi serambi Kopi Sekanak, coba sara,” tunjuk ajar cara Teja menyajikan Batang Buruk.
Untuk Satu sangkir Kopi Sekanak dihargai Rp.10 ribu rupiah plus satu Batang Buruk. Jika anda ingin memesan seporsi Batang Buruk dihargai Rp.10 ribu juga.
Banyak nilai yang didapatkan dari secangkir Kopi Sekanak dan Batang Buruk yang disajikan Teja Alhabd di kedainya “Dapoer Malayoe”. Beragam oleh-oleh khas melayu khususnya Kepulauan Riau berupa makanan bisa anda dapatkan disini, tentunya anda bisa merasakan Kopi Sekanak dan Batang Buruh yang sudah kami ulas. (Aji Anugraha)