Tanjungpinang

Pandemi Covid-19, Omzet Pedagang Menurun Upah Pekerjapun Turun

×

Pandemi Covid-19, Omzet Pedagang Menurun Upah Pekerjapun Turun

Sebarkan artikel ini
Warung makan “Selera Malam” di Jalan Tambak Tanjungpinang

Tanjungpinang,Zonakepri-Berjualan makanan seperti kedai kopi menjadi alternatif untuk mendapatkan penghasilan. Namun sayang, pandemi Covid-19 telah membuat sejumlah pedagang maupun karyawannya harus mengelus dada akibat turunnya jumlah pembeli bahkan tak jarang banyak warung makan maupun kedai kopi yang tutup.

Namun mengherankan juga, meski sejumlah kedai kopi dan warung makan tutup akibat sepi pembeli dan tidak ada pemasukan bahkan mengakibatkan pengusaha makanan tekor, malahan ada yang membuka peruntungan dengan membuka kedai kopi dan warung makan saat pandemi Covid-19.

Tidak ada yang bisa menjawab atas persoalan buka dan tutupnya kedai kopi dan warung makan saat pandemi Covid-19 saat ini, pasalnya meski sejumlah kedai kopi sepi namun terlihat ada juga beberapa kedai kopi yang masih eksis karena masih dikerumuni pembeli. Hanya kedai kopi yang dibutuhkan dan sesuai dengan keinginan masyarakatlah yang masih bisa bertahan saat ini. Ada sejumlah kriteria kedai kopi yang masih bertahan dan dikerumuni pembeli, diantaranya memiliki harga terjangkau, memiliki rasa sesuai keinginan. Intinya pembeli merasa puas untuk menyantap makanan dan minuman dengan kocek tipis merasa lega.

Dampak Covid-19 terhadap warung makan dan kedai kopi diantaranya warung makan “selera malam” yang berlokasi di Jalan Tambak Tanjungpinang. Warung makan yang memulai buka usaha pukul 09.00Wib hingga pukul 02.30 Wib dini hari tersebut menjual beragam menu makanan mulai dari aneka olahan ikan, telur, ayam, dengan beragam sayuran segar seperti tumis bayam, gulai pucuk ubi, tumis kangkung, tumis buncis dan terkenal dengan harga jual cukup terjangkau bahkan dikatakan harga nasi bungkus beserta lauk pauk dan sayur tergolong murah. Sehingga wajar warung makan ini terbilang ramai pembeli.

Dengan jumlah karyawan sekitar 7 orang, saat sebelum badai pandemi Covid-19 datang gaji pekerja per bulan mencapai Rp3,5 juta. Namun, setelah Covid-19 upah karyawan turun drastis seiring menurunnya jumlah pembeli di warung makan. “Pemilik warung tidak mengurangi jumlah pekerja, hanya saja mengurangi gaji karyawan. Sebelum Covid-19 upah sebulan Rp3,5 juta, sekarang hanya cukup untuk makan saja Rp1 juta sebulan,”ungkap Yanti salah satu pekerja saat mengemasi gelas dan piring pembeli yang makan dan minum di warung, 25 Oktober 2020.

Kak Ani, panggilan akrab pemilik warung makan ini yang menyediakan tempat cuci tangan bagi pembeli di depan warung, pekerjapun mengenakan masker untuk menghindari tertularnya Covid-19 menyatakan munculnya Covid-19 mengakibatkan sepi pembeli, akibatnya penerimaan pun menurun. Sehingga mau tak mau mengurangi upah karyawan. Menurutnya, omzet jualan menurun hingga 50 persen lebih dibandingkan sebelum Covid-19.

Pemandangan serupa juga terlihat di warung makan yang berlokasi di Jalan Wiratno Tanjungpinang. Warung makan yang menjual paket ayam goreng mirip kentucky Fried Chicken (KFC) dengan nasi putih beserta minuman tersebut sangat terpukul adanya Covid-19. Meski terbilang memiliki rasa enak dan murah dengan paket makanan dan minuman yang ditawarkan, ternyata warung ini masih sepi pembeli. Dengan jumlah pekerja sebanyak dua orang, mereka terlihat sering duduk dan mengantuk menunggu pembeli datang. Untuk mengusir rasa kantuk, pekerja sering membeli snack ringan untuk menghilangkan rasa kantuk tak tertahan akibat sepi pembeli. Snack ringan yang sering dibeli pekerja saat mengantuk tersebut yakni kerupuk. Dengan menyantap kerupuk yang terasa kriuk kriuk saat dikunyah, ternyata pekerja bisa menghilangkan kantuk meskipun untuk sementara.Rasa kantuk yang dirasakan pekerja biasanya pada pukul 13.00Wib saat usai makan siang. Pekerja terbiasa membawa makanan dan lauk dari rumah sebagai bekal di tempat kerja.

Menunggu pembeli datang, terkadang pekerja duduk di depan warung sambil melihat pemandangan dan jalanan di depan warung, kadang juga duduk di tempat pekerja dibelakang meja panjang untuk kasir, bergurau dengan sesama pekerja untuk mengusir kesuntukan akibat sepi pembeli.

Sari, sebutan pekerja di warung tersebut menyatakan setiap hari rata rata sangat sepi pembeli, bahkan terkadang tak ada pembeli. Hanya saat akhir pekan yakni Sabtu dan Minggu terlihat agak ramai juga saat tanggal muda atau awal bulan. “Kami tetap bekerja meskipun sepi pembeli,”sebutnya. Karena toke panggilan untuk pemilik warung makan tetap buka meski sepi pembeli.

Menurut Sari, Sang Toke tetap buka dan mempekerjakan karyawan saat Covid-19. Toke telah menginstruksikan pekerja untuk berpedoman pada  protokol kesehatan sesuai dengan ketentuan yang dikeluarkan pemerintah. Mulai dari mengenakan masker, menyediakan tempat cuci tangan maupun mengatur jarak bagi kursi pembeli yang makan dan minum di warung. Untuk jaga jarak bagi kursi pembeli tersebut antara tempat duduk yang satu dengan lainnya diberikan jarak lebih dari 1 meter. “Diberi jarakpun karena sepi pembeli ya tak ada kerumunan,”ungkapnya.

Dampak sepi pembeli tersebut, Sari menerima upah per bulan menurun dibandingkan sebelum pandemi Covid-19. Saat ramai pembeli ketika sebelum Covid-19 upah yang diterima per bulan mencapai 2,5 juta per bulan, saat ini upah yang diterima Rp1,3 juta sebulan. (red)