Nasional

Sejak Konferensi Asia-Afrika 1955,Komitmen Indonesia Tidak Berubah

×

Sejak Konferensi Asia-Afrika 1955,Komitmen Indonesia Tidak Berubah

Sebarkan artikel ini
President Joko Widodo delivered remarks during the Joint Leaders’ Session of the Indonesia-Africa Forum (IAF) II and the High-Level Forum on Multi-Stakeholder Partnerships (HLF MSP) in Nusa Dua, Bali, (foto : InfoPublik)

Zonakepri.com – Indonesia menekankan komitmen menjadi bagian dari solusi global, tidak berubah sejak penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika di Bandung, Indonesia tahun 1955 silam.

Hal itu disampaikan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo dalam sambutannya saat membuka sesi Joint Leaders’ Forum Tingkat Tinggi Kemitraan Multipihak (HLF MSP) dan Forum Indonesia-Afrika (IAF) Ke-2 2024 di Bali, Senin (2/9/2024).

“Indonesia berkomitmen menjadi bagian dari solusi global, membela kepentingan Global South sekaligus menjadi bridge builder dalam memperjuangkan kesetaraan, keadilan, dan solidaritas dalam mempercepat pencapaian Target Pembangunan Berkelanjutan atau Suistainable Development Goals (SDGs). Ini adalah komitmen yang konsisten Indonesia usung sejak Konferensi Asia-Afrika 69 tahun yang lalu,” jelas Jokowi.

Dia menekankan seluruh delegasi yang hadir dalam HLF MSP dan IAF Ke-2, hendaknya menciptakan perubahan positif di tengah dunia yang penuh dengan tantangan, baik tantangan terkait perlambatan ekonomi, tingkat pengangguran, dan inflasi yang belum membaik, maupun ketegangan geopolitik yang terus berlanjut yang yang menimbulkan banyak korban jiwa dan mengganggu rantai pasok global.

Namun dikatakan Presiden RI, saat seperti ini solidaritas internasional justru menurun, semangat multilateralisme semakin dikesampingkan dan fragmentasi semakin melebar.

“Pada akhirnya negara-negara berkembang adalah yang paling terdampak. Jutaan rakyat negara berkembang adalah yang paling merasakan kesulitan,” tegasnya.

Padahal, kata Jokowi, hanya tersisa enam tahun menuju SDGs 2030 dan baru 17 persen target SDGs tercapai.

Oleh sebab itu, ia menegaskan perlunya arah dan visi baru serta strategi dan langkah taktis baru, untuk mewujudkan pembangunan yang lebih adil serta inklusif bagi negara-negara berkembang. (Rangga Pandu Asmara Jingga, Agus Setiawan TR/Elvira Inda Sari) (sumber InfoPublik.)