
Tanjungpinang,Zonakepri-Kawasan Kuliner Anjung Cahaya di tepi laut Tanjungpinang telah direnovasi dengan anggaran dari pemerintah pusat sekitar Rp2,1 miliar pada tahun 2023.
Dibangunnya kawasan kuliner tersebut diharapkan mampu memberi dampak positif bagi perekonomian masyarakat dan menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung di Kota Tanjungpinang, dengan sajian aneka kuliner khas Tanjungpinang.
Peresmian kawasan kuliner Anjung Cahaya dilakukan Penjabat Walikota Hasan SSos pada 27 Januari 2024. Sebanyak 52 kios tertata rapi di kawasan Anjung Cahaya. Pedagang kuliner pun telah menempati kios kios dan siap untuk mengaiz rejeki di lokasi itu.
Namun sayangnya, seiring berjalannya waktu ternyata harapan pedagang untuk mengumpulkan pundi pundi rupiah dengan berjualan di kawasan Anjung Cahaya belum tercapai hingga memasuki akhir bulan Mei 2024.
“Sudah berjualan sekitar empat bulan di Anjung Cahaya, tapi tak ada pengunjung yang duduk untuk menikmati makanan di kios ini,”ungkap Amai yang berjualan sate ayam kuah Padang dan kuah kacang, ditemui Kamis sore 30 Mei 2024.
Menurut Amai, hanya pelanggan yang lewat di pinggir jalan saja yang membeli. Mengingat kios yang disewa Amai berada di pinggir Jalan H Agus Salim tepi laut Tanjungpinang.
Disebutkannya, dari 52 kios yang ada di Anjung Cahaya saat ini tersisa 5 pedagang yang masih bertahan menempati 5 kios di kawasan Anjung Cahaya. “Sepi sekali. Tidak ada pengunjung,”ungkap Amai.
Mengingat sepi pembeli, pedagang yang berada di Anjung Cahaya sepakat belum membayar sewa meski telah menempati kios sekitar 4 bulan. “Setiap bulan ada petugas dari BUMD untuk memungut sewa kios. Tapi pedagang tak sanggup untuk membayar sewa,”ujar Amai.
Amai mengatakan uang sewa kios makanan Rp550 ribu per bulan, sedangkan kios berjualan minuman sewa Rp770 ribu per bulan.
Menurut Amai, warga lebih memilih duduk santai dan menikmati kuliner dengan view laut di pinggir laut. Maka wajar pedagang yang menggunakan gerobak di pinggir laut ramai pengunjung setiap hari.
Zunaidi yang berjualan sate cumi dan menempati kios berdekatan dengan tempat karaoke menimbulkan kebisingan. “Saya mau jualan dekat jalan saja, pakai meja. Tidak menempati kios. Karena tak ada pembeli, bising lagi,”ungkap Zunaidi.
Sementara itu, pedagang kuliner yang berdekatan dengan laut Tanjungpinang dan berjualan menggunakan gerobak cukup ramai pengunjung. Sayangnya, meski ramai pengunjung, pedagang kuliner yang berada di pinggir laut tidak dipungut sewa berjualan. Hanya dipungut biaya listrik dan kebersihan. “Penghasilan lumayan per hari. Hanya dipungut uang lampu Rp5 ribu per hari dan kebersihan Rp5 ribu dipungut setiap Sabtu,”ujar Rudi pedagang di pinggir laut Tanjungpinang. (rul)